Jumat, 03 Mei 2013

ORGANISASI BELAJAR


20.Organisasi Belajar

Dalam masa era teknologi komunikasi dan informasi ini maka perubahan kebutuhan masyarakat dan lingkungan berkembang sangat pesat, sehingga masalahpun bermunculan dengan bentuk dan kompleksitas yang sangat berbeda–beda, kondisi ini menuntut setiap organisasi yang ada secara formal ataupun non formal pada masyarakat  untuk mampu bertahan dan berkembang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan perubahan tersebut. Keluarga, sekolah, masyarakat, kantor, perusahaan, bahkan  pemerintah merupakan bentuk organisasi yang harus mampu bertahan dan menyesuaikan diri terhadap segala perubahan lingkungan yang terjadi. Oleh karena itu setiap organisasi harus mampu belajar menyesuaikan dengan perubahan yang berkembang, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara berkualitas. Perkembangan setiap organisasi akan tergantung pada pengetahuan anggotanya atau karyawannya, dengan demikian organisasi perlu terus belajar. Maka organisasi belajar menjadi kebutuhan dari masyarakat pada era informasi saat ini. Berbagai pengertian tentang organisasi belajar telah berkembang dari berbagai teori dan konsep, pada kesempatan ini akan dibahas pengertian organisasi belajar menurut Marquardt dan Senge. 

Marquardt (1996) mendefinisikan  organisasi belajar secara eksplisit sebagai organisasi yang belajar bersama  dengan sungguh-sungguh, dan senantiasa menstransformasikan diri dengan mengumpulkan, mengelola dan menggunakan pengetahuan untuk keberhasilan organisasi.  Organisasi tersebut memberdayakan semua orang yang ada didalam ataupun diluar organisasi untuk belajar sambil bekerja  dengan memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan proses belajar dan produktifitas. 

Senge (1994) walaupun tidak merumuskan definisi dari organisasi belajar secara eksplisit seperti halnya Marquardt, namun melalui konsep The Fifth Discipline telah menjelaskan bahwa terdapat lima hal penting yang saling terkait satu sama lain dalam menciptakan organisasi belajar. Setiap komponen merupakan unsur vital dalam membangun dan menciptakan organisasi yang sungguh-sungguh belajar. Masing masing komponen  di namakan sebagai disiplin yang merupakan perangkat teori dan tehnik yang harus dipelajari dan dikuasai dalam rangka membangun organisasi belajar. Dan setiap komponen tersebut walaupun berkembang secara terpisah, tetapi masing-masing saling terkait dan mendukung keberhasilan komponen yang lain. Komponennya adalah sebagai berikut: berfikir system (system thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), pola mental ( mental model), visi bersama (shared vision), dan belajar kelompok (team learning)

Dari pengertian organisasi belajar menurut  Marquardt dan Senge tersebut, menunjukan adanya kesamaan penekanan pada pinsip organisasi belajar. Bahwa belajar di lakukan secara sadar oleh semua unsur secara menyeluruh atau bersama dengan sungguh-sungguh dan dilakukan secara terus menerus.dalam organisasi. Sehingga semua individu dan bagian terlibat dalam kegiatan belajar, tentu hal ini merupakan kekuatan yang luar biasa untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan visi organisasi, oleh karena itu dapat divisualisasikan bahwa organisasi memiliki satu otak yang tangguh.  Hal ini sesuai dengan pendapat Charles (1995) yang menjelaskan bahwa karakteristik organisasi belajar  adanya curiosity, forgiveness, trust , togetherness. Sehingga organisasi belajar akan terwujud apabila seluruh anggota organisasi secara bersama memiliki komitmen untuk terus belajar, semangat mencari inovasi dan kreatifitas baru, saling memahami satu sama lain dan selalu berubah dalam merespon kebutuhan lingkungan.

Kemudian keduanya menekankan bahwa proses belajar dilakukan pada saat bekerja, sehingga merupakan kegiatan yang terintegrasi secara efektif yang otomatis akan meningkatkan kualitas kinerja setiap individu yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas produktifitas organisasi tersebut. Kegiatannya dilandaskan pada aspirasi, refleksi, dan konseptualisasi bersama. Ternyata kondisi yang bebas dapat membentuk dan menstimulus aspirasi kelompok. Oleh karena itu organisasi belajar akan tercipta jika  suasana yang bebas diberikan bagi individu dan kelompok yang ada pada organisasi untuk belajar secara berkesinambungan.

Kemampuan berfikir system harus dimiliki dalam organisasi belajar, sebagaimana Senge menetapkannya sebagai poin pertama dalam the fifth discipline, begitupun Marquardt yang menekankan bahwa belajar merupakan suatu sub system dalam organisasi belajar, sementara sub sitem lainnya adalah; organisasi, pengetahuan, orang dan teknologi. Kedua tokoh ini memandang bahwa kemampuan berfikir sistem ini merupakan hal yang fundamental dalam organisasi belajar, karena segala usaha setiap individu dan bagian saling berkaitan, saling mempengaruhi dan sekaligus saling membentuk sinergi satu sama lain. Oleh karena itu organisasi harus mampu melihat pola perubahan secara menyeluruh, organisasi juga harus dapat bertindak sesuai dengan perubahan yang terjadi pada lingkungannya.  Hal ini akan memperkuat organisasi untuk dapat bertahan dan berkembang sesuai perubahan yang terjadi. Kondisi ini sebagaimana dinyatakan dalam pandangan metamorphosis organisasi yang digambarkan sebagai organisme yang dapat hidup dan mengalami proses tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan. Dengan berfikir system ini maka organisasi tidak akan pernah bisa dipisahkan dengan lingkungannya, organisasi harus selalu berubah sebagai respon untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Maka organisasi akan mampu bersaing dalam era perubahan ini.

Dari kedua pengertian tersebut juga menekankan hal yang sama, bahwa semua orang dalam organisasi secara individu ataupun kelompok  memiliki kemampuan / potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap individu dan kelompok perlu di fasilitasi untuk dapat melakukan kegiatan belajar secara bebas dan terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, sehingga akan meningkatkan kinerja individu, kelompok dan berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Senge juga berpendapat bahwa manusia sebagai individu akan mengembangkan kemampuan untuk meningkatkan kapasitasnya secara terus menerus, sehingga secara alami akan terus berkembang pola berfikirnya. Hal ini juga di kemukakan oleh Marquardt yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk selalu menyesuaikan diri dan memperbaharui  dirinya dalam rangka upaya meningkatkan diri  untuk merespon perubahan lingkungan yang ada disekitarnya. Maka keduanya memandang bahwa manusia sebagai mahluk yang selalu ingin berubah akan selalu belajar dalam upaya merespon kebutuhan diri dan lingkungannya untuk meningkatkan kemampuannya. Dengan kata lain manusia akan terus belajar bagaimana cara belajar dan mengembangkan kapasitas diri.

Perbedaan dari kedua pendapat tentang organisasi belajar bahwa Senge meyakini organisasi akan mampu bertahan dan berkembang menghadapi perubahan lingkungan apabila selalu memiliki kemampuan dan keterampilan baru serta sensitive terhadap perubahan,  dengan menerapkan lima komponen penting yaitu; berfikir system, penguasaan pribadi, pola mental, visi bersama dan belajar secara tim. Sedangkan Marquardt meyakini bahwa organisasi belajar akan tercipta apabila seluruh komponen penting yang ada dalam system diperhatikan yaitu; organisasi, pengetahuan, orang dan teknologi. Dalam memandang perbedaan penekanan komponen penting untuk menciptakan organisasi belajar tersebut, penulis menyimak nilai dan makna yang saling keterkaitan sebagai berikut;   Bahwa organisasi sebagai system akan menjadi penentu terciptanya kegiatan belajar yang menyeluruh bagi anggotanya, sehingga bagaimana organisasi mampu memfasilitasi anggotanya untuk belajar dengan cara menggali informasi yang dimiliki dan mengembangkan serta menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi dalam mewujudkan visi organisasinya. Sebagai sumber daya utama dalam upaya menciptakan organisasi belajar adalah manusia sebagai orang yang terlibat dalam organisasi, yang selalu memiliki kreatifitas, inovasi dan sensitifitas dalam mengupayakan suatu perubahan yang akan bermanfaat dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi, tentunya sebagai upaya untuk mempermudah proses penggalian, pemeliharaan dan pemanfaatan pengetahuan yang ada dalam organisasi sehingga dapat dijadikan sumber belajar, maka diperlukan adanya teknologi. Melalui penggunaan teknologi, kegiatan belajar akan menjadi lebih efektif dan efisien. Sehingga dari kedua tokoh tersebut walaupun berbeda menentukan komponen yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan organisasi belajar, ternyata nilai dan maknanya  memiliki   keterkaitan satu sama lain. Bahkan pendapat kedua tokoh ini saling memperkuat upaya menciptakan organisasi yang senantiasa belajar bersama dalam meningkatkan kinerja individu dan kelompok untuk mewujudkan tujuan organisasi. Sehingga organisasi selalu siap menghadapi segala tantangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungannya, bahkan mampu mengantisipasi kemungkinan perubahan yang akan terjadi. Kemampuan ini akan membuat organisasi semakin tangguh dan selalu berkembang, serta mampu bersaing dalam segala situasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar